Tatkala senja kelabu menyapa toreh luka yang terdahulu. Kembali hati ini tersusupi oleh sapaan dingin angin. Terbalut getaran indah dalam kemasan hati.
Apakah dirimu merasakan syahdunya sesuatu yang dijuluki rindu?
Gerimis ini seolah Allah kirim untuk kembali mengingatkanku padamu. Sesosok anak manusia yang pernah menjadi bagian di sudut hatiku. Kunikmati setiap alunan rintik-rintik yang semakin deras. Semakin jauh lamunanku tentangmu. Tak mampu kupungkiri bahwa hati ini selalu haus oleh bayangmu. Jiwa ini selalu merindu. Pikiranku selalu mengenangmu. Lidah ini tak pernah kelu menyebut namamu. Hujan senja kini kian mengada lebatnya. Sementara lukisan kenangan tentang kita semakin jelas di memori ingatanku. Tak kuasa kumengendalikan gejolak hati.
Tatkala hati ini sedang mencinta
Sedang hati masih dalam kepalan takdirMu
Izinkanlah aku menyayanginya dengan keimananku padaMu
Menyayangi tanpa mengharap ia di dekatku
Izinkan aku melepasnya karena keimananku padaMu
Melepasnya tanpa memaksa lupa akan kenangan bersamanya

Dedaunan musim semi berserakan tersapu angin. Sungai di hadapanku mengalir dengan derasnya dititiki gerimis di permukaan air. Sepucuk daun poplar ikut terseret arus. Tangan mungilku segera meraih untuk menyelamatkannya. Mungkin daun ini yang mengingatkanku. Lekat-lekat sepasang mata memandangi dengan kehangatan ilusi. Tanpa makna. Tanpa arti.
Bola mataku berkaca-kaca. Samar-samar menatapi tangisan langit. Tiada daya menahan air mata. Setetes demi setetes berjatuhan. Kini bulir-bulir itu bercucuran membasahi pipi. Semua tentangmu terlalu indah untuk menjadi kenangan. Semua tentangmu terlalu sayang untuk dilupakan. Kini senja meredup. Lalu kau bisikkan cinta-cinta itu dalam ragaku. Masih juga kau balut pedihku dengan senyummu. Ingatkah engkau, aku pernah menyayangimu. Lebih dari ini.
Tangis ini semakin menjadi. Tubuh mungilku kian rapuh. Kini kuterduduk di lapangnya alam bebas. Ditemani tangisan langit yang tak kunjung mereda. Basah. Entah mengapa hujan ini kembali mengingatmu. Sosok yang selama ini telah menghilang dalam anganku. Kau masih sahabatku meski kini kutak tahu sedikitpun tentangmu.
Dua tahun yang lalu, kau menghilang tanpa kabar. Kau tinggalkan aku di saat aku merasa kian nyaman bersamamu. Kau lenyap dimakan waktu. Kau pergi membawa bahagia yang telah kita tanam bersama. Sungguh, kubahagia saat kau ada di dekatku. Kau antarkan aku untuk mengenal Tuhanku. Kujuga bahagia kau pergi meninggalkanku. Lewat cara ini, kau tuntun aku untuk mengenal Tuhanku lebih jauh lagi.
Bukan salah cinta ketika perasaan ini ada dalam hatiku. Namun ini salahku yang tak mampu meletakkan cinta sesuai lajurNya. Argh! Bukankah selama ini aku juga telah menjaga hati yang memang seharusnya terjaga? Lalu bisikan-bisikan cinta itu kembali hadir tanpa aku memanggilnya. Ia tak pernah hilang terseret angin badai. Ia tak mati terbunuh waktu. Hujan ini mengingatkanku. Tempat ini masih mengenangmu. Aku tak berharap banyak kau akan kembali padaku.
Mungkin ini jalan yang terbaik menurutNya
kau harus pergi meninggalkanku
Sejenak menenangkan hati
Menelusuri samudera perjalanan  mimpi yang masih panjang
Teringat tentang sebuah ritual yang dahulu kau ajarkan. Ritual untuk melepas segala penatnya hati. Segera tangan ini meraih secarik kertas dan sebuah botol plastik kosong dalam tas. Perlahan aku menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Kuulang-ulang ini berkali-kali. Kini hati lebih terkondisikan kembali. Jemari merengkuh sebuah pena kesayangan, menikmati setiap goresan yang gemulai di atas kertas. Kutuliskan semua keluhan hati, ditemani sayup-sayup merdu rintikan hujan yang masih lebat.
Untukmu sahabat “Pelangi Impianku”
Lewat surat ini kutuliskan sebuah pernyataan tentang lima aksara yang terpendam di lubuk hatiku sejak aku mengenalmu. Engkau laksana minuman yang menyegarkan dan menghilangkan dahaga kalbuku.
Kurasa, cinta bagai ilham dari langit yang menerobos dada dan bersemayam dalam jiwa. Kini kuakan mati karena asmara yang telah melilit seluruh nurani. Saat pertama kali  kumengenal nama cinta, tersadar bahwa aku mencintaimu. Kurasa api neraka telah menyala bersiap memanggang nafsu ini.. Sejak kukenal cintamu, aku tiba di lembah air mata bahkan tak bisa kukatakan siapa sebenarnya diriku. Beritahu aku siapa yang bernama cinta?
Seperti angin membadai. Kutak melihatnya. Namun kumerasakannya. Merasakan kerja saat memindah gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta ini. Tak terlihat hanya terasa. Tapi dahsyat. Seperti banjir menderas. Kutak kuasa mencegahnya. Kuhanya bisa menganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia merajai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutan. Setelah itu ia kembali tenang, seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cintaku. Ia ditakdirkan menjadi makna tersantun yang menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kutak kuat melawannya. Kuhanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap siapa yang disekitarnya. Dan seketika semua menjadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cintaku. Ia ditakdirkan menjadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.
Sepenggal cinta mampu mengubah dunia menjadi firdaus. Cinta juga bisa mengubah dunia menjadi sahara yang teramat tandus dan panas. Cinta, ia adalah kekuatan yang menahkodai semua kebaikan dan keburukan di mayapada.
Cintamu membuat hatiku bagai dirajam duri. Cintamu memenjarakanku pada api neraka. Bukan salahmu, mungkin karena aku tak menaruh cinta dilajurNya.
Namun, mencintaimu takkan pernah kusesali. Engkau cinta pertamaku yang mengajariku banyak hal. Kepada siapa cintaku lebih pantas dipersembahkan.            Usai sudah hati mengungkap segenap rasa, lalu segera aku menggulung secarik kertas itu penuh cinta. Mengikatnya dengan pita coklat warna kesukaanku. Lalu memasukkan ke dalam botol kaca. Kubiarkan dia lenyap ditelan derasnya aliran sungai ini. Kini hati merasa lebih damai. Selamat jalan cintaku!
. . .
Empat tahun telah berlalu. Kini aku telah tumbuh menjadi gadis berhijab yang lebih bisa mengkondisikan keadaan hati. Memaknai setiap kejadian dan mengikhlaskan apapun yang terjadi karena memang semuanya telah digariskanNya. Kubuka kembali buku yang kuberi nama “Pelangi Impian”. Lekat-lekat sepasang mata memperhatikan satu per satu mimpi yang pernah tertuliskan. Aku tersenyum bahagia, mimpi-mimpi yang dulu hanya goresan di atas kertas kini telah menjadi nyata.
Kembali kuteringat padamu. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih yang paling tulus dari dalam hatiku untukmu. “Pelangi Impian” itu ada sejak  diri ini mengenalmu. Kau ajarkan aku bagaimana cara bermimpi, kau semangati aku dengan balutan senyummu di atas tangisku ketika terjatuh mengejar mimpi. Nama “Pelangi Impian” pun ada terinspirasi dari kebersamaan kita.
Pelangi Impian. Kuberi nama itu agar setiap mimpiku seindah pelangi. Ia akan nampak rupanya setelah lebatnya hujan yang membasahi bumi. Hujan ibarat cucuran air mata dan keringat setiap pengorbanan dan perjuangan meraih impian. Namun pelangi tak pasti nampak setelah hujan lebat, ia menyeleksi kapan ia harus menampakkan rupanya. Semuanya indah pada waktunya. Bukan kita yang menentukan takdir, namun takdir menentukan kita. Tetapi bukan berarti kita hanya diam menanti takdir, akukan yang terbaik semampu kita.
Kembali kutuliskan sepucuk surat,  “Hai sahabat -pelangi impianku-, terima kasih kau ajarkan semua ini padaku. Kini mimpi-mimpiku menjadi nyata. Kini aku telah menjadi mahasiswi kedokteran di sebuah negeri penjajah yang dulu kuimpikan dan karya tulisku semakin bertambah. Semua berjalan sesuai harapan dan takdirNya. Bagaimana kabarmu di sana? Meskipun kau tak mungkin membaca ini, tapi kupercaya Tuhan membisikkan apa yang kutulis padamu.Semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu dimanapun kau berada. Salam rindu. Sahabatmu, Amirah.” Kugulung dan membiarkan ia pergi bersama aliran sungai itu lagi. Kini aku benar-benar bisa tersenyum bahagia, sangat bahagia.
Kembali kuarungi perjalanan yang masih panjang. Jalan yang kian terhampar di depan pelupuk mata. Kucoba buka lembaran baru. Baru, bersih, putih tanpa namamu. Aku tak melupakanmu. Hanya saja aku belajar meletakkan cintamu sesuai lajurNya. 
Waktu yang terus berputar
Jarak yang begitu jauh terhampar
Merekalah yang nantinya akan menyingkap sebuah rahasia besar
Akankah cinta itu tetap bertahan
dan semakin kuat ia tumbuh di sudut hati?
Atau mungkin cinta itu memudar dan mencari pelabuhan lain?
Argh, Biarlah ia tetap menjadi rahasia
hati ini dan Sang Pemilik Hati yang Hakiki


Seminar dan Mabit Divisi HO KHARISMA XXVI
A.   Tujuan Umum                        :
-          Mempersiapkan personil atau pemimpin dengan matang untuk menunaikan tugas-tugas aktivitas, studi, dan dialog satu sisi, serta mampu melihat berbagai sampel ideal yang dicontohkan oleh tutor yang membimbing kajian forum seminar.
B.    Tujuan / Target Khusus      :
-          Menciptakan kecakapan untuk mengemban tugas dakwah
-          Memberikan pelatihan untuk merealisir berbagai konsep yang diaktualisasi melalui forum seminar
-          Menyiapkan kajian dan riset ilmiah dalam berbagai bidang aktivitas Islam dengan menghadirkan berbagai perangkatnya, sekaligus mengenal metodologi dan tujuannya.
C.    Waktu Penyelenggaraan      :
-          22 Januari 2012 (15.00 WIB) – 23 Januari 2013 (10.00 WIB)
D.   Tempat Penyelenggaraan     :
-          Ruang MultiMedia SMA Negeri 2 Yogyakarta
E.    Peserta Seminar                   :
-          Pengurus KHARISMA XXVI didampingi pihak sekolah
F.    Tema                                       :
-          Manajemen Organisasi. -> yang dikaji lebih ke kepemimpinan
-          (alasan pemillihan tema : sesuai dengan tujuan umum, seminar pertama, manajemen organisasi sangat penting untuk kemajuan dakwah atau organisasi ke depannya)
G.    Kisi-kisi Pembahasan                        :
-          Apa itu kepemimpinan
-          Ciri-ciri pemimpin yang seutuhnya
-          Kompetensi yang harus dimiliki
-          Cara mencapai
-          Cara memulai untuk jadi leader sejati
H.   Lembar Evaluasi                    :
-          Evaluasi kepada peserta
-          Masukan secara tertulis
1.     Usulan seminar yang lain dan tema untuk selanjutnya
2.    Usulan tempat
3.    Evaluasi umum akan berjalannya acara
I.    Acara                                      :
1.     Pembukaan
2.    Tilawah
3.    Sambutan (sekolah, rois’am, ketua panitia)
4.    Pembacaan Biodata Pembicara
5.    Diskusi forum seminar inti
6.    Sesi tanya jawab
7.    Shalat Maghrib + makan malam + Shalat Isya
8.    Nonton Film
9.    Sharing-sharing
10.  Penutupan
J.    Rangkuman Materi                :
-          Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang diperbuat
-          Pemerintah adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya.
-          Lelaki adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap keluarganya
-          Wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya (suami, anak)
-          Pembantu adalah pemimpin dalam menjaga harta majikannya dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya.
-          Pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh dalam mengarahkan organisasi dan anggotanya untuk mencapai tujuan
-          Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mengatur organisasi dalam usahanya mencapai tujuan organisasi
-          Mengkomunikasikan kepada orang lain nilai dan potensi maka mereka bisa melihat hal itu dalam diri mereka.
-          Kepemimpinan adalah seni untuk memberdayakan.
-          Leadership / kepemimpinan :
§  Para pemimpin adalah orang-orang yang melakukan hal-hal benar
§  Kepemimpinan berurusan dengan upaya untuk menghadapi perubahan
§  Kepemimpinan punya nuansa kinestatik, ada gerakan di situ
§  Para pemimpin peduli terhadap apa makna berbagai hal bagi orang-orangnya
§  Pemimpin adalah arsitek.
§  Pemimpin berfokus pada penciptaan visi bersama.
-          Manajemen          :
§  Para menajer adalah orang-orang yang melakukan hal dengan benar
-          Boss          -> mendominasi atau memanajer
Pemimpin -> creator of growing and devel
-          Gaya kepemimpinan        :
o   Tell (memberitahu)
o   Coaching (melatih)
o   Supporting (memberi dukungan)
o   Delegating (mendelegasikan tanggungjawab)
-          Planning -> ide
o   Merencanakan atau merancang kegiatan
o   Bentuk : Brand Storming atau sharing antar anggota dan rapat-rapat panitia inti
-          Hasil         :
o   Latar belakang kegiatan, tujuan, target, sasaran
o   Data dan informasi yang memadai
o   Draft proposal kegiatan
o   Terbentuk panitia inti
-          Kesenjangan Persepsi
o   Dalam keadaan stress
o   Pengaruh alam bawah sadar
o   Komunikasi yang tidak baik

Ketua Panitia : M. Arif Fadhilah
Wakil              : Ikhwan Arbi
Sekretaris      : Hanik Pratiwi (admin blog)

Panggung Sandiwara
Oleh : Medika Mutiara

Tatkala hening malam kian merayap hebat
Sementara hati masih berpatri kesunyian
Terdiamku dalam sesenggukan isak tangis
Menerobos dinding udara yang dingin

Ada seonggokan kabut tebal menyelimuti
Ada sehelai tirai putih menggantung di ujung hati
Seolah menyembunyikan sesuatu di baliknya
Sedang sepi masih setia menemani

Perlahan tirai memberanikan diri
Panggung sandiwara mulai tersibak kembali
Sayup-sayup melankolis hembungan angin malam mengiringi
Sebuah kaset yang kembali memutar memori



“MUTIARA TANPA CELA”
            Seperti malam biasanya. Pak Rahmad selalu mengisi malamnya dengan bermunajah pada Rabbnya. Bibirnya basah dengan bacaan dzikir. Seketika bibirnya yang komat-kamit terhenti saat gendang telinganya mendengar derap langkah kaki. Diintipnya sumber suara itu dari pintu kamarnya. Terlihat sosok laki-laki tinggi besar yang sibuk memincingkan matanya ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan aman. Mengetahui kondisi tersebut, pak Rahmad menyadari bahwa pemuda itu hendak mencuri di rumahnya. ”Ya ALLAH,,, tidak ada yang bisa dicuri di rumahku. Jika memang mencuri adalah profesinya, tolong berikan hidayahMU padanya ya Rabb !!” ucap pak Rahmat sembari beranjak menuju ketempat tidurnya. Meskipun matanya masih enggan mengatup, ia paksa mata sipitnya untuk berpura-pura tidur. Memberikan kesempatan pada pemuda asing itu mencuri di rumahnya. Pemuda itu hanya celingukan mencari barang yang bisa dicuri. Sampai matanya tertuju pada sebuah peti dengan ukiran-ukiran arab yang indah dengan warna kuning keemasan. Diambilnya peti itu seraya matanya waspada dengan keadaan sekitar. Senyum puas menghiasi wajahnya. Bergegas ia langkahkan kakinya meninggalkan rumah pak Rahmat.
*****
            Udara pagi yang sejuk menambah kesegaran panorama alam. Mentari masih enggan menampakkan sinarnya. Di sebuah rumah kecil terlihat seorang pemuda menenteng peti berwarna kuning keemasan. Tak salah lagi, pemuda itu adalah pencuri yang menyusup ke rumah pak Rahmat semalam. Pemuda yang kerap di paggil Jaka itu sudah tak sabar membuka peti kecil yang diperolehnya. Matanya terbelalak melihat apa yang ada didalam peti curiannya. Hanya tumpukan kitab-kitab kuning yang ditemukannya. Hatinya menggerutu. Dikutukinya dirinya. Ia berniat membuang kitabnya. Tapi hati kecilnya enggan melakukannya. Dengan langkah malas dia beranjak menuju almari dekat ruang tamunya. Ditatanya kitab-kitab itu dialmarinya.
“Subhanallah,,, “ ucap tetangganya yang kebetulan niat bertamu kerumah jaka yang takjub.
“kenapa pak Firman?” Tanya jaka heran.
“Tak disangka mas Jaka ini pernah nyantri juga ya!!”
“Hehehe,,iya pak saya tidak mau orang-orang kampung tau saja kalau saya ini dulu pernah nyantri. Yang penting bagi saya adalah ilmu yang saya dapatkan bisa manfaat”
“Lho justru itu mas Jaka kenapa tidak mengamalkan ilmu di kampung ini. Misalnya dengan membantu mengajar diniyah atau mengisi ceramah mingguan di masjid.”
“Iya insya ALLAH pak,,”ucap jaka sembari tersenyum
“oya mas Jaka saya kesini tadi berniat mengundang mas Jaka diacara kawinan anak saya. Kalau mas Jaka tidak sibuk tolong hadir juga diacara khatamannya”
“Iya insya ALLAH pak,,” hati jaga miris dengan kebohongan yang telah diucapkannya. Jangankan khataman al-qur’an. Membaca tulisan arab saja dia belum bisa. Dia bingung apa yang harus dilakukannya.
*****
            Berita tentang Jaka telah menyebar dikampungnya. Hingga banyak orang-orang kampung dan tetangga desanya yang berbondong-bondong datang kerumahnya. Namanya sangat dikenal. Hingga semua orang memanggilnya ustad. Dirinya begitu disegani oleh warga desanya. Tapi ada yang aneh darinya. Tiap kali orang datang kerumahnya minta solusi apapun Jaka selalu menyuruhnya untuk menulis segala macam keluh-kesah mereka, dengan alas an dia sangat sibuk. Beruntung semua orang menurut. Tak ada diantara mereka yang berperasangka buruk padanya. Hal itu membuat hati Jaka semakin resah. Bingung dengan apa yang harus diperbuatnya. Tiap kali ada yang bertanya tentang apapun itu membuat Jaka terpaksa sowan ke rumah kiyai-kiyai tersohor di daerahnya. Dengan menyerahkan kertas-kertas pertanyaan dan permintaan solusi dari warga desanya. Hal tersebut terus berlangsung hingga tiap hari semakin bertambah orang-orang yang datang ke rumahnya. Dengan terpaksa Jaka lebih sering sowan ke rumah pak kiyai. Dia juga terpaksa belajar sholat dan mengaji dari salah seorag kiai yang sering disowaninya. Saking seringnya sowan ke rumah pak yai, berbagai petuah tanpa sengaja mulai dihafalnya.
            Berawal dari sebuah keterpaksaan menjadi sebuah kebiasaan. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Jaka. Sering ia kunjungi rumah-rumah kiai yang telah banyak berbagi ilmu dengannya. Bahkan ada salah seorang kiai yang sudah dianggap seperti keluarganya sendiri. Seorang kiai yang kerap disapa dengan sebutan kiai Fatih itu seorang ulama besar didaerahnya. Hal tersebut membuat Jaka berniat mengabdikan dirinya.
“Jaka !!” kiai Fatih disela-sela obrolannya dengan Jaka. Berawal dari seringnya Jaka sowan, belajar sholat dan mengaji di kediaman kiai Fatih, membuat kedekatan mereka bertambah erat.
“Iya pak yai”
“Sepertinya sudah waktunya kamu untuk menikah dan mengelola pondok pesantren”ucap pak kiai fatih to the poin tanpa ba bi bu ke Jaka.
“Ehmm,,,eh eeehmm,, anu pak yai anu,, itu saya merasa belum siap”jawab Jaka gugup.
“Jangan menunda sunah Rosul  kalau kamu memang sudah waktunya. Kalau masalah ekonomi jangan di jadikan beban.”
“Bukan begitu pak kiai. Saya meras belum pantas untuk memimpin pondok pesantren. Selain itu saya juga belum bisa menjadi imam yang baik untuk istri saya. Ditambah lagi siapa yang mau sama saya pak yai?”
“Kalau kamu bersedia saya niat menikahkan anakku Intan Nur Salsabila denganmu” Jaka hanya bungkam. Bahagia tapi sedih. Dia meresa kerdil jika harus bersanding dengan farida. Seorang wanita soleha yang hafizh qur’an. Sedangkan dia adalah mantan maling yang dianggap ustad oleh warga desannya. Belajar sholat dan mengaji karena terpaksa gara-gara semua orang menganggap dia seorang ustad. Tak seimbang rasanya jika wanita sebaik farida mendapatkan seorang suami sepertinya.
“Jaka”panggil pak kiai melenyapkan fikiran Jaka yang melayang tanpa arah.
“Iya pak kiai,, Tapi apakah saya pantas bersanding dengan putri pak kiai. Saya merasa tidak pantas pak yai. Ditambah lagi untuk memimpin poondok pesantren. Ilmu saya masih cetek dan seorang mantan preman seperti saya apa pantas pak yai menjadi pemimpin pondok pesantren.”
“Dengar ya Jaka,,, tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang pasti memiliki masalalu dalam hidupnya. Semua tergantung dari mereka ingin tetap dengan masalalunya atau ingin merubah masa depannya dengan memperbaiki kesalahannya dimasalalu. Kita ini keturunan orang yang salah. Masalah mampu atau tidak semua itu butuh proses. Jadi jangan pernah kamu merasa dirimu itu rendah. Teruslah belajar menjadi lebih baik. Aku tidak memaksamu. Fikirkanlah dulu.”
“Iya pak kiai” senyum manis mengembang diantara keduanya. Suasana kembali mencair ketika Jaka mulai bertanya a,i,u tentang kisah-kisah islami. Sesekali tawa meledak diantara keduannya.
*****
            Bintang-bintang malam mulai bertengger dalam bentangan awan hitam. Rembulan tampak begitu sempurna. Angin-angin malam menggoyangkan ranting-ranting kekokohan. Dingin mulai menelusup celah-celah kediaman penghuni alam. Tampak seorang pemuda tertunduk pasrah dalam renungan-renungan kisah masalalunya. Ia tengadahkan tangannya. Penuh penyesalan atas segala kelalaiannya. Hatinya terluka bila kisahnya menjelma bayang-bayang keburukan perangainya. Fikirannya khusyuk menulusuri kisah-kisah hidupnya. Untaian-untaian do’a pembersih dosa ia lantunkan. Butiran-butiran air mata membasahi kedua pipinya. Usai bermunajah ia ulurkan tangannya sembari mengecup kening istrinya. Jaka tersenyum bahagia melihat balasan senyum isrinya sehingga menampakkan kedua lesung pipinya.
“Mas Jaka sibuk apa tidak?”
“Ada apa ya habibati ?”
“Boleh adek minta tolong mas?’’
“Apapun yang bisa kulakukan akan ku penuhi segala pintamu ya hibabati”goda Jaka sembari mengusap lembut kedua pipi istrinya. Farida hanya tersenyum geli mendengar rayuan suaminya. Dia beranjak dari duduknya dan mengambil mushaf kecil diatas almarinya.
“Adek ingin memuroja’ah hafalan adek mas,,”diulurkannya mushaf kecil itu kepada suaminya. Jaka tersenyum. Hatinya berkali-kali mengucap syukur pada Rabbnya yang telah memberikan banyak kebahagiaan padanya. Terutama istri sholehah. Merupakan hadiar terindah dan terbesar untuknya. Wanita yang dengan ikhlas menerimanya dengan masalalu buruknya. Hatinya bagai mutiara. Seorang wanita bagai mutiara dalam karang di dasar lautan. Dimana semua orang tak mampu menjangkaunya. Ia begitu terjaga maruahnya. Tutur katanya yang selalu menentramkan hati yang pendengarnya. Kerap kali Jaka menyinggung masalalu buruknya dan mengatakan bahwa wanita yang baik seharusnya mendapatkan pria yang baik pula. Namun tiap kali Jaka mengucapkan itu istrinya selalu menjawab bahwa dialah yang terbaik untuknya karena ALLAH SWT tahu yang  mana yang terbaik untuknya. Benar-benar mebuat Jaka tak henti mengucap syukur. Baginya istrinya bagaikan mutiara tanpa cela.

with my partner Faddilatusolikah

Amoeba Secantik Amirah
Oleh : Medika Mutiara
Pagi ini hari pertama Amirah memasuki sekolah barunya, SMA Cendikia. Ia bangga diterima di sana karena menurutnya ini merupaka sekolah terbaik di negerinya. Pintu mobilnya terbuka, perlahan kaki mungilnya berjalan memasuki sekolah dengan percaya diri. Sebagai siswa baru tentunya Amirah melakukan ritual wajib yang harus dilewati semua anak di penjuru negeri. Di mana anak bangsa dipaksa tersenyum karena ada senior ‘sok penguasa’.
Dari kejauhan nampak wajah-wajah tanpa dosa sekelompok anak manusia berdiri di samping pintu gerbang, menanti kedatangan siswa baru yang dijadikannya korban pelampiasan emosinya karena alasan terlambat. Merekalah panitia MOS Cendikia, angkatan kami menyebutnya ‘penunggu gerbang misterius’. Dengan cepat Amirah mengambil jarak untuk lompatan harimaunya dan ia terobosi pagar yang hampir tertutup itu. Tanpa tersadar ada sepasang mata yang mengintai tajam sosok mungil berhijab itu. Segera Amirah mengambil langkah seribu menghindari penunggu gerbang itu.
Peluit panjang berkumandang memanggil peserta MOS untuk upacAmirah apel. Terdengar suAmirah danton mengumpulkan semangat peserta,“A-MOE-BA?” ujarnya lantang bak memimpin upacAmirah. Amoeba, sebutan peserta MOS SMA Cendikia Bangsa, “Anak Moerid Baru”. “Cendikia Istimewa, prestasi Luar Biasa” sontak seluruh Amoeba.
. . .
Dalam “Job Notes” Amirah, tercatat daftar tugas makanan yang harus dibawa selama MOS Cendekia. Panitia tidak memberi daftar makanan begitu saja, mereka memberikan kosakata-kosakata aneh yang harus didefinisikan terlebih dahulu. Namun Amirah mampu menebak kosakata itu karena ia selama ini sastra itu dunianya.
Hari pertama : King Juck Fruit (ternyata buah pisang Raja Nangka) , H2SO3 cokelat (cocacola), dan Gandum lautan api (roti bakar)
Hari kedua      : Bilangan '2,3,5' (Air minum cap Prima) , Buah trenggiling (buah salak), dan Guling Sobek Berdarah (roti panjang isi stroberi)
 Hari ketiga     : Dewi Sri Berjemur rasa nangka, semangka, durian (nasi Goreng rasa buah), Batu-bata belanda (oncom), minuman ringan membangkitkan ulama (NU Green Tea)
. . .
Kamu saya hukum karena kamu melanggar tugas. Hukumannya, kamu harus mengatakan cinta pada Ketua Angkatan Kami. Pokoknya harus ngrayu dia sampai dia mau. Nih nembaknya pake ini” Kak Farhan sembari memberikan pisang kepada Amirah.
 “Haduh,  boro-boro kenal tau orangnya aja enggak.” Amirah berguman.
Heh, siapa namamu?
Siap, Amirah kak!
Oke, Amirah! Cepat lakukan saja, atau hukuman saya tambah lagi.
Siap, laksanakan kak!
Amirah keluar meninggalkan ruangan, dirinya tak tahu kemana harus berjalan mencari seseorang yang berpredikat Ketua Angkatan yang dikehendaki kakak seniornya itu. Tak sengaja ia bertemu dengan Kak Dika, sepupunya yang sekaligus menjabat sebagai KetUm MOS tahun ini. Kak, ketua angkatannya siapa?”tanya Amirah.
Jangan tanya kakak, tanya yang lain aja!”
Amirah lalu beranjak pergi, berjalan dengan lemah, dan memasang muka mendung penuh kekecewaan.
Karena tak tega, Kak Dika mempercepat langkah kaki menghampiri adiknya. Namanya Kak Adi. Sekarang dia di sekertariat bawah.” Lalu Kak Dika berlalu begitu saja.
. . .
“Maaf permisi, Kak Adi ya?”
Sosok pemuda itu berbalik badan dan tersenyum begitu manis, “Iya. Ada yang bisa saya bantu?”
Bagas Permadi Ramadhani. Nama yang bagus, mana orangnya ramah banget, gak kayak senior yang di kelas tadi! ujar Amirah lirih.
“Kenapa bengong? Oiya dengan siapa ya?”
“Nama saya Amirah Kak, amoeba.”
“Ada keperluan apa ya dek Amirah?”
“Jadi begini Kak. Amirah lagi dihukum sama kakak senior yang ada di kelas.”
Kak Adi hanya tersenyum tipis, “Memangnya kamu ngapain tadi?”
“Ya masak tadi di suruh makan permen sebuah buat sekelas secara bergantian gitu. Amirah duduk di depan sendiri kan tadi. Jadi kalau urusan makan permen, Amirah kebagian urutan kedua setelah Medika kak. Nah, waktu tadi permennya udah di bagian Amirah, trus Amirah makan sendiri deh itu permennya, Amirah habisin. Biar yang lain gak makan sisa jilatan orang lain.Trus Amirah dapat hukuman deh dari kakak senior yang super nyebelin itu.”
“Kok gitu Amirah? Kakak senior itu sebetulnya mengajarkan apa arti kebersamaan dan kekompakan melalui permen.”
Kasihan kak, gimana kalau ada yang punya penyakit, trus menular ke temen yang lain? Amirah  cuma kasian sama temen-temen Amirah yang paling belakang, dia cuma dapat sisa jilatan dari orang lain. Mana Amirah lihat temen-temen banyak yang udah pengen nangis dan mual waktu disuruh melakukan itu, ya meskipun mereka belum makan, tapi Amirah tetep gak tega Kak. Gimana kalau permennya udah di comot itu ganti di comot ini. Gimana kalau yang nyomot notabenenya ikhwan-akhwat gitu. Gak kebayang dunia,
“Iya Amirah, kakak tahu. Tujuanmu memang baik, tapi ini MOS. Kakak senior pasti sudah mempertimbangkan dengan selektif dalam hal ini.” Tersenyum dengan pendapat Amirah yang lumayan nyleneh tapi bisa dimasukin akal pikirannya. Ia mulai tertarik padanya, apalagi ketika Amirah mengucapkan nama “ikhwan-akhwat”. Unik banget nih anak! Gumannya dalam hati.
Tiba-tiba bel istirahat telah berbunyi. Tanda saatnya ritual makan ala MOS Cendikia. Satu persatu siswa baru memadati lapangan upacAmirah, tempat makan bersama.
Namun salah seorang kakak panitia MOS Amoeba mengumandangkan beberapa patah kalimat di depan para Amoeba, “Sambil menikmati makanan yang ajib, kalian akan melihat hiburan yang tak kalah menyenangkan dari salah seorang Amoeba, yuk kita panggil Amirah.” Amirah tersentak kaget mendengar hal itu. Oh apa lagi ini? Hukuman yang tadi aja belum kelar. Pikirnya saat itu.
Suara peluit panjang memanggil Amirah untuk menghadap kakak senior itu.“Hormat senior, hormat panglima amoeba” Amirah ucapkan dengan lantang, posisi tegap bak upacAmirah penghormatan tamu agung. Salam kehormatan para Amoeba pada senior,
Hormat suci diterima.” Balas kakak senior yang berdiri di antara para Amoeba yang sedang duduk menikmati makanan yang tak layak dimakan, bagaimana tidak. Nasi goreng rasa nangka, apel dan semangka diaduk jadi satu. “Sekarang kalian tonton hiburan yang tak boleh terlewatkan ini. Teman kalian, Amoeba yang berdiri di samping panglima besar akan menghibur kalian, dia akan mengungkapkan cinta pada senior terhormat kami, yuk kita panggil juga Kak Adi” sosok itu melanjutkan pembicaraanya. Suasana makin mengharu biru saat itu.
Nampak dari jauh Kak Dika, sepupu Amirah mengerutkan dahinya. Mungkin ia tak mengerti, sebagai KetUm MOS Amoeba sepertinya acara ini tak ada dalam duplikasi catatannya. Ia begitu kaget ketika bola mata Amirah dari jarak yang cukup jauh tertuju padanya dengan roman wajah lesu, namun segera Kak Dika memasang senyum terindahnya menyemangati saudara kesayangannya. Mungkin belum ada yang tahu bahwa Amirah adalah adiknya.
Sementara, dari kejauhan Nampak Kak Adi berjalan menuju lapangan upacara dengan santai seolah tiada beban. Apa dia gak malu? Tanya Amirah dalam benaknya.
 “Ayo lakukan!” Sebuah spiker yang disodorkan senior terkiller membuat Amirah tersadar dari lamunannya.
“Ehm. Kak, maaf sebelumnya.” Ucap Amirah lirih pada Kak Adi.
Kak Adi hanya tersenyum misterius sembari menganggukkan kepalanya. “Ehem” Amirah memulai bersuAmirah pada spiker itu. Bola matanya berputar-putar mencari ide yang biasanya datang tak diundang.
“Beberapa jam yang lalu. Kali pertamanya kulihat kau berdiri tegak lurus lantai. Tak sengaja kulihat alismu yang berbentuk setengah lingkAmirahn berdiameter 4 cm. saat itulah kurasakan sesuatu yang lain padamu. Kurasakan cinta yang rumit bagaikan invers matriks berordo 5x5.” Amirah menghela napas sejenak, mengusir rasa grogi yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Kerudung putih bersih tersibak angin yang menerpa wajahnya, Amirah tertunduk hendak menjaga pandangannya yang memang seharusnya tetap terjaga. Lagi-lagi, Kak Adi tersenyum misterius menatapnya.
 Satu jam yang lalu, waktu kembali mempertemukan kita. Kurasakan cintaku bertambah, bagaikan deret divergen yang mendekati tak hingga. Limit cintaku bagaikan limit tak hingga. Aku semakin yakin, hukum cinta kita bagaikan hukum kekekalan trigonometri sin2+cos2 = 1. Kurasakan dunia bagai kubus ini menjadi milik kita berdua. Dari titik sudut yang berseberangan, kau dan aku pasti bertemu di perpotongan diagonal ruang. Bagaimana gerangan hatimu?” Amirah menyelesaikan senjata ampuhnya masih dalam keadaan tertunduk malu.
Cerdas juga ini anak! Bertambah rasa kagum Kak Adi pada amoeba muslimah itu.
Semenjak bertemu denganmu, energi statik benih cintamu telah mengejutkan gaya pegas jantungku, sehingga jantungku berdetak tak beraturan bagaikan gelombang bunyi gendang yang tak beraturan saat aku berada beberapa meter darimu. Refleksi cahaya cintamu telah membunuh urat mataku sehinga membiaskan bayangan wajahmu yang selalu di otakku.” Jawab Kak Adi terlihat tak mau kalah dengan Amirah,
“Jazakumullah Kak. Assalamu’alaykum.”
. . .
Hari yang dinanti-nanti para Amoeba kian mendekat. Sekitar sejam ke depan, MOS Cendikia berakhir. Penindasan tamat. Saat ini acara Apel di Joglo, pengumuman Amoeba terfavorit putra dan putri, serta pengesahan aktor dan aktris terbaik panitia MOS Cendikia.
Sempat tercengang begitu lama. Saat kak MC super killer memanggil nama “Amirah Ahlami Adzra” sebagai Amoeba terfavorit putri. Dan teman sekelasnya, “Ahnaf Ahwaz” sebagai Amoeba terfavorit putra. Sorak sorai dari kelas Amoeba 2 mengembang karena kedua Amoeba terfavorit dari kelas itu. Amirah hanya tersenyum tipis, “Kalian bangga karena kalian tidak tahu. Kita jadi terfavorit karena tak ada amoeba lain yang selalu dihukum tanpa sebab yang jelas selain kita.” Rasa takut Amirah pun telah sirna, hilang dilahap waktu. Sepatah dua patah kata semangat dan pesan suci terucap dari kakak-kakak senior. Kata maaf berjatuhan di joglo itu. Kini Amirah tersadar bahwa semua hanya penggenap cerita MOS SMAnya, hanya kenangan, mungkin bisa jadi kakak-kakak seniornya tertarik padanya sehingga selalu dijadikan kambing hitam.
Namun jalan menuju kebebasan masih satu lagi. Saatnya upacara resmi penutupan MOS Amoeba dari pihak sekolah. Upacara terlihat cukup khidmat, para Amoeba dan senior begitu antusias mengikutinya karena saat itu adalah detik-detik terakhir menuju kebebasan. Amirah pun begitu, ia nampak tersenyum terbebas dari penindasan. Namun, tiba-tiba dunianya kembali meredup. Saat namanya terpanggil sebagai siswi dengan surat cinta terbaik dan diharuskan membaca di depan. Saat MOS Amoeba hari kedua memang Amoeba disuruh membuat surat cinta.
Dengan kekesalannya, Amirah mendekati sumber suara. Perlahan ia menatap mata-mata yang tertuju padanya, tak sadar bahwa ada sepasang mata yang menatapnya tajam sedari tadi. Tak sengaja sepasang bola matanya bertemu dengan bola mata pengintai itu, Kak Adi, sontak langsung Amirah mengalihkan pandangan dan membaca surat cintanya.
Lewat surat ini kutuliskan sebuah pernyataan tentang lima aksara yang terpendam di lubuk hatiku sejak kumengenalmu. Tak bisa kupungkiri bahwa hati selalu haus oleh bayangmu, jiwaku selalu merindu, pikiranku selalu mengenang, dan lidahku tak pernah kelu menyebut namamu. Engkau laksana minuman yang menyegarkan dan menghilangkan dahaga kalbuku. Cintaku padamu adalah cinta suci, tak tercampur dengan nafsu walau sebutir debu. Meskipun orang mencela, mengusir, dan menyia-nyiakan diriku.
Kurasa cinta bagai ilham dari langit yang menerobos dada dan bersemayam dalam jiwa. Dan kini aku akan mati karena asmara yang telah melilit seluruh nurani. Aku terlalu awam dengan nama CINTA. Saat pertama kali aku mengenal nama cinta tersadar bahwa kini aku mencintaimu, kurasa api neraka telah menyala bersiap memanggang nafsu , tak henti kumenangis ketakutan. Sejak kukenal cintamu, aku tiba di lembah air mata ini bahkan tak bisa kukatakan siapa sebenarnya diriku. Ajari aku siapa yang bernama cinta? ...............................................................................................................................................................................................................................................................................
Terlihat para guru, siswa yang terpesona dengan karya si anak ingusan berbalut hijab lebar ini. Sementara Amirah masih meneruskan deklarasi cintanya.  
Dalam benak Amirah terucap lirih “puisi ini untukmu, hanya mengenalmu sesaat namun kutak kuasa memaknainya, namun diamku lebih baik.” (*)